
Pada pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2019-2024, Presiden Terpilih Joko Widodo menyampaikan pidatonya bersempena dengan pelantikan tersebut.
Berikut ini pidato Presiden Joko Widodo yang disadur dari akun twitter Sekretariat Negara@KemensetnegRI
Bapak Ibu, Saudara-Saudara sebangsa dan setanah air. Mimpi kita, cita-cita kita, di tahun 2045 pada satu abad Indonesia merdeka, mestinya Insya Allah Indonesia telah keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah.
Mimpi kita di 2045 Indonesia telah menjadi negara maju dengan pendapatan menurut hitung-hitungan 320 juta per kapita per tahun atau 27 juta per capita per bulan. Itulah target kita bersama.
Mimpi kita di 2045, Produk Domestik Bruto Indonesia mencapai 7 triliun USD, Indonesia sudah masuk 5 besar ekonomi dunia, dengan kemiskinan mendekati nol persen. Kita harus menuju ke sana.
Kita sudah hitung, sudah kalkulasi, target tersebut sangat masuk akal dan sangat memungkinkan untuk kita capai. Namun semua itu tidak datang otomatis, tidak datang dengan mudah.
Harus disertai kerja keras dan kita harus kerja cepat. Harus disertai kerja-kerja bangsa kita yang produktif.
Dalam dunia yang penuh risiko yang sangat dinamis dan yang kompetitif, kita harus terus mengembangkan cara-cara baru, nilai-nilai baru.
Jangan sampai kita terjebak dalam rutinitas yang monoton. Harusnya inovasi bukan hanya pengetahuan, inovasi adalah budaya.
Cerita sedikit, tahun pertama saya di istana saat mengundang masyarakat untuk halal bihalal, protokol meminta saya untuk berdiri. Di titik itu saya ikut. Tahun kedua halal bihalal lagi, protokol meminta saya berdiri di titik yang sama, di titik itu lagi.
Langsung saya bilang ke Mensesneg “Pak ayo kita pindah lokasi, kalau kita tidak pindah akan jadi kebiasaan dan itu akan dianggap sebagai aturan dan bahkan nantinya akan dijadikan seperti undang-undang. Ini yang namanya monoton dan rutinitas.
Sekali lagi, mendobrak rutinitas adalah satu hal, meningkatkan produktivitas adalah hal lain yang menjadi prioritas. Jangan lagi kerja kita berorientasi pada proses tapi harus berorientasi pada hasil nyata.
Saya sering ingatkan ke para menteri, tugas kita bukan hanya membuat dan melaksanakan kebijakan, tetapi tugas kita adalah membuat masyarakat menikmati pelayanan, menikmati hasil pembangunan.
Seringkali birokrasi melaporkan bahwa program sudah dijalankan, anggaran telah dibelanjakan dan laporan akuntabilitas telah selesai. Kalau ditanya, jawabnya “Program sudah terlaksana Pak”.
Tetapi setelah dicek di lapangan, setelah saya tanya ke rakyat, ternyata masyarakat belum menerima manfaat, rakyat belum merasakan hasilnya.
Sekali lagi yang utama itu bukan prosesnya, yang utama itu hasilnya. Cara mengeceknya itu mudah. Lihat saja ketika kita mengirim pesan melalui SMS atau WA, ada “sent”, artinya telah terkirim, ada “delivered”, artinya telah diterima.
Tugas kita itu menjamin “delivered”, bukan hanya menjamin “sent”. Saya tidak mau birokrasi pekerjaannya hanya “sending-sending” saja. Saya minta dan akan saya paksa, bahwa tugas birokrasi adalah “making delivered”.
Tugas birokrasi itu menjamin agar manfaat program dirasakan oleh masyarakat.
Potensi kita untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah sangat besar. Saat ini kita sedang berada di puncak bonus demografi, di mana penduduk usia produktif kita jauh lebih tinggi dibandingkan usia tidak produktif.
Ini adalah tantangan besar dan sekaligus juga sebuah kesempatan besar. Ini menjadi masalah besar jika kita tidak mampu menyediakan kesempatan kerja.
Tapi akan menjadi kesempatan besar jika kita mampu membangun SDM yang unggul dengan didukung oleh eko-sistem politik yang kondusif dan dengan eko-sistem ekonomi yang kondusif.
Oleh karena itu 5 tahun ke depan yang ingin kita kerjakan, PERTAMA adalah pembangunan SDM akan menjadi prioritas utama. Kita membangun SDM yang pekerja keras yang dinamis.
Membangun SDM yang trampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mengundang talent-talent global bekerjasama dengan kita.
Itupun tidak bisa diraih dengan cara-cara lama. Cara-cara baru harus dikembangkan. Kita perlu “endowment fund” yang besar untuk manajemen SDM kita.
Kerjasama dengan industri juga penting dioptimalkan dan juga penggunaan teknologi yang mempermudah jangkauan ke seluruh pelosok negeri.
KEDUA, pembangunan infrastruktur akan kita lanjutkan. Infrastruktur yang menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan distribusi. Yang mempermudah akses ke kawasan wisata.
Yang mendongkrak lapangan kerja baru, yang mengakselerasi nilai tambah perekonomian rakyat.
KETIGA, segala bentuk kendala regulasi harus kita sederhanakan, harus kita potong, harus kita pangkas.
Pemerintah akan mengajak DPR untuk menerbitkan 2 undang-undang besar. Pertama Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja dan kedua Undang-Undang Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Masing-masing Undang-Undang tersebut akan menjadi “Ombnibus law”, yaitu satu Undang-Undang yang sekaligus merevisi beberapa Undang-Undang, bahkan puluhan Undang-Undang.
Puluhan Undang-Undang yang menghambat penciptaan lapangan kerja langsung direvisi sekaligus. Puluhan Undang-Undang yang menghambat pengembangan UMKM juga akan langsung direvisi.
KEEMPAT, penyederhanaan birokrasi harus terus kita lakukan besar-besaran. Investasi untuk penciptaan lapangan kerja harus diprioritaskan.
Prosedur yang panjang harus dipotong. Birokrasi yang panjang harus kita pangkas. Eselonisasi harus disederhanakan
Eselon I, eselon II, Eselon III, Eselon IV, apa tidak kebanyakan? Saya minta untuk disederhanakan menjadi 2 level saja, diganti dengan jabatan fungsional yang menghargai keahlian, menghargai kompetensi.
Saya juga minta kepada para menteri, para pejabat dan birokrat agar serius menjamin tercapainya tujuan program pembangunan. Bagi yang tidak serius saya tidak akan memberi ampun. Pasti saya copot.
Yang KELIMA adalah transformasi ekonomi. Kita harus bertransformasi dari ketergantungan pada sumber daya alam menjadi daya saing manufaktur dan jasa modern.
Yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran bangsa, demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada kesempatan yang bersejarah ini perkenankan saya, atas nama pribadi, atas nama Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin dan atas nama seluruh rakyat Indonesia menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Muhammad Jusuf Kalla.
Yang telah bahu membahu menjalankan pemerintahan selama 5 tahun terakhir.
Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada seluruh lembaga-lembaga negara, kepada jajaran aparat pemerintah TNI dan Polri serta seluruh komponen bangsa.
Yang turut mengawal pemerintahan selama 5 tahun ini sehingga dapat berjalan dengan baik.
Mengakhiri pidato ini saya mengajak saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk bersama-sama berkomitmen. “Pura babbara’ sompekku, Pura tangkisi’ golikku”. Layarku sudah terkembang, kemudiku sudah terpasang. Kita bersama menuju Indonesia maju.
Sumber: Sekretariat Negara@KemensetnegRI
You must log in to post a comment.